Redundant Array of Independent Disk atau yang lebih dikenal dengan RAID adalah sebuah  teknologi di dalam penyimpanan data komputer yang digunakan untuk mengimplementasikan fitur toleransi kesalahan pada media penyimpanan komputer (utamanya adalah hard disk) dengan menggunakan cara redundansi (penumpukan) data, baik itu dengan menggunakan perangkat lunak, maupun unit perangkat keras RAID terpisah. (http://id.wikipedia.org/wiki/RAID). Teknologi ini akan membagi data ke dalam beberapa harddisk terpisah untuk mendapatkan performance, backup yang optimal maupun integritas data.

Seperti dalam pengertian di atas, RAID bisa dijalankan dengan perangkat keras (mis: HP Smart Array yg umumnya menjadi fitur default dalam setiap server keluaran HP), atau menggunakan software yang salah satunya akan coba Saya kupas singkat berikut ini.

Mengenai macam-macam level, Anda dapat mencari sendiri detilnya via Google, Ebooks dll. Disini saya hanya akan menunjukkan betapa mudahnya konfigurasi RAID ini saat digunakan untuk membuat server berbasis Debian.

Untuk penggunaannya, terlebih dahulu persiapkan 2 (dua) buah Harddisk (kita akan mencoba membuat RAID 10) yang sama merk, tipe, dan kapasitasnya. Kemudian boot menggunakan Debian Squeeze, yang saya pake versi 6.0.5 64-bit.

Berikut ini adalah langkah-langkah nya, saya menggunakan Virtual Machine dalam contoh ini. Sebenarnya saya juga sudah membuat server yang sesungguhnya, namun lupa untuk mendokumentasikannya 🙂

Langkahnya dimulai dari sini, pilih Manual untuk metode partisinya.

Kemudian buatlah New Partition Table untuk masing-masing harddisk hingga seperti gambar di atas.

Buatlah beberapa pastisi untuk masing-masing harddisk dengan tipe “physical volume for RAID“. Dalam contoh diatas, saya membuat 3 (tiga) partisi yang rencana nantinya untuk /boot, / dan swap. Pastikan kedua harddisk telah dipartisi sama persis.

Langkah berikutnya, pilih menu Configure software RAID. Maka akan muncul pilihan sebagai berikut:

Pilih Create MD device

Karena kita akan menggunakan RAID 10, pilih RAID10

Karena kita tadi pasang 2 buah harddisk, ketik 2. Mungkin bisa bervariasi tergantung level RAID yang digunakan (harusnya menggunakan 4 harddisk yakni 2 active disk dan 2 spare disk, namun kali ini kita akan coba pake 2 active disk saja meski sebenarnya beresiko karena RAID10 mengharuskan minimal 2 harddisk yang run)

Biarkan 0 saja jika tidak menggunakan spare harddisk (keterangan mengenai spare harddisk ini akan saya jelaskan di kesempatan lain)

Langkah berikut ini harus benar-benar diperhatikan, pasangkan masing-masing partisi dari kedua harddisk (/dev/sda dan /dev/sdb) dengan cara memberi tanda asterik. Pasangkan terlebih dahulu /dev/sda1 dengan /dev/sdb1 kemudian Continue.

Ulangi untuk Create MD device lagi untuk masing-masing partisi lainnya sehingga akan didapatkan berikut ini:

Nah, sekarang kedua buah harddisk tadi telah dikenali sebagai sebuah device bernama RAID 10 device yang di dalamnya terdapat 3 buat partisi yang masih unusable. Konfigurasikan masing masing dengan pilih device #0 di bagian yang ada tanda #1 nya, kemudian buatlah setting lah seperti halnya membuat partisi bila tidak dengan RAID, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:

Kita mempunyai 3 partisi untuk /bootdan swap. Kemudilan pilih Finish Partitioning And Write Changes To Disk dan tekan enter.

Pilih Yes. Dan ikuti proses instalasi seperti biasa.

Bila sudah selesai proses instalasinya, reboot kemudian masuk melalui Terminal dam ketik #cat /proc/mdstat untuk melihat status dari RAID ini.

Perhatikan tanda [UU] yang mengartikan bahwa harddisk 1 dan 2 masing-masing statusnya adalah UP, bila salah satu fail, misalnya harddisk kedua fail, statusnya maka yang muncul adalah [U_]

Demikian pengantar singkat tentang konfigurasi RAID software menggunakan Debian Squeeze. Bagaimana cara mengganti harddisk yg fail dll akan kita bahas di lain kesempatan. Terima kasih dan selamat belajar.

Yang perlu diingat:

RAID 10 sejatinya memerlukan 4 harddisk dengan minimal 2 harddisk yang jalan dan konfigurasi di atas berarti menggunakan jumlah harddisk minimal. Jadi semisal 1 harddisk error, maka dimungkinan data juga error.

3 replies
    • Khoirul Imamudin says:

      Bahasan selanjutnya nanti cara mengganti hdd yang fail dengan hdd baru.
      Untuk nambah mungkin bisa OM, dari yg tadinya 2 hdd, kemudian jadi 3 hdd. atau 2 hdd (1 set) trus nambah lagi 2 hdd (1 set) lagi.
      Tapi kalao merubah existing system menjadi raid, blm coba. Soalya partisi hdd nya kan “physical volume for RAID”, baru setelah di raid-kan, dan sudah dikenal sebagai 1 hdd, masing-masing partisi baru diformat pake ext3 misalnya. Sedangkan existing kan biasanya partisi udah format ext3. 😀 eheheh..

      Reply

Trackbacks & Pingbacks

  1. […] artikel tentang raid sebelumnya  kali ini Home Server di rumah dijadikan bahan percobaan. Kebetulan ada beberapa harddisk nganggur. […]

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.